Langsung ke konten utama

SIAPA YANG TIDAK BERSYUKUR?




Orang yang menerima hidup apa adanya sebelum memaksimalkan upaya adalah orang yang tidak bersyukur. Orang yang menerima hidup apa adanya setelah berupaya maksimal adalah orang yang bersyukur


Syukur adalah tindakan mengakui + menggunakan + mengembangkan karunia Ilahi dengan tepat. Karunia potensial Ilahi sudah Anda terima sejak lahir seperti tubuh lengkap dengan organnya yang berfungsi optimal untuk menjaga kelangsungan hidup. Itu wajib Anda syukuri dengan megakui bahwa itu semua ciptaan Tuhan, menggunakannya untuk belajar membangun budi pekerti dan meningkatkan kompetensi diri serta bekerja memenuhi kebutuhan sesama & menyelesaikan problem yang mereka hadapi, mengembangkannya dengan terus mengasah kegunaannya ke level yang lebih tinggi.
Sementara itu, karunia aktual harus Anda perjuangkan untuk mendapatkannya, tidak melekat pada Anda sejak lahir. Karunia aktual itu seperti pengetahuan, skill, teman, uang dan peran. Untuk mensyukuri karunia aktual, Pertama, Anda harus mengupayakan karunia aktual itu bisa Anda dapatkan secara maksimal. Itulah bentuk syukur level pertama. Kedua, nikmati karunia aktual yang telah didapatkan, sekecil apa pun.
Manusia yang tidak melakukan upaya untuk mendapatkan karunia aktual adalah mereka yang tidak bersyukur. Berhati-hatilah, jika saat ini Anda sudah berusia lebih dari 40 tahun namun masih hidup dalam kelangkaan, memiliki peran yang kecil, dan memiliki banyak kekurangan, boleh jadi ketika Anda muda dulu belum maksimal dalam melakukan upaya. “Siapa bilang belum maksimal?” Saya sudah bekerja keras, berangkat pagi pulang petang namun penghasilan pas-pasan”. Adakah yang memprotes demikian? Jika ada, saya maklum.
Mari perluas pemahaman kita, bahwa yang dimaksud dengan memaksimalkan ikhtiar itu tidak sebatas bekerja keras siang dan malam dalam mencari nafkah. Namun sedikitnya mengandung 3 unsur yang harus dipenuhi, yaitu: bekerja keras (kuantitas) + bekerja cerdas (kualitas) + bekerja ikhlas (totalitas). Ingat, itu baru minimal lho.
Mari kita kupas singkat ke-3 komponen ikhtiar yang maksimal tersebut:
1.      Bekerja Keras
Ikhtiar dilakukan secara konsisten (terus menerus) dan sampai selesai (tuntas) dalam kurun waktu tertentu, misal bekerja dari pukul 08.00-17.00 Senin-Jum’at selama 5 tahun. Mereka yang tekun yang akan berhasil hidupnya. Namun, jika dalam kurun waktu 5 tahun dengan kuantitas kerja seperti di atas, kesejahteraan hidup belum juga meningkat, bekerja keras saja tidak cukup, Anda harus menambahkan bekerja cerdas.

2.      Bekerja Cerdas
Bekerja dengan menggunakan strategi, teknik, metode yang mampu meningkatkan efektifitas hasil dan efisiensi biaya. Contohnya bekerja dengan menggunakan teknologi atau membentuk sistem kerja disertai dengan tim yang profesional dan solid.
Bekerja sekeras apa pun pada level pekerjaan tertentu juga tidak akan memberikan kesejahteraan. Misalkan menjadi office boy, satpam, tukang becak, kuli pelabuhan. Mereka yang menempati pekerjaan-pekerjaan dengan upah yang rendah tidak akan berhasil dengan menggunakan senjata ketekunan. Mereka harus bekerja cerdas dan menyisihkan sebagian gaji atau upah mereka untuk memutarnya ke dalam bisnis atau investasi. Jika tidak mampu untuk menyisihkan sebagian gajinya, mereka harus menggunakan waktu liburnya untuk membuka bisnis sendiri. Itulah makna ikhtiar maksimal.

3.      Bekerja Ikhlas
Bekerja secara total dan menyerahkan setiap hasil kepada Tuhan serta melakukan harmonisasi (penyesuaian) sikap dan tindakan dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik itulah buah dari bekerja dengan ikhlas. Jika pekerjaan Anda sekarang belum menyejahterakan, ikhlaslah untuk melepaskannya dan menemukan pekerjaan yang Anda cintai sekaligus menyejahterakan. Beranikah Anda melakukannya, sahabatku yang powerful?


REFLEKSI
Dimana Anda meletakkan syukur? Sebelum berupaya atau setelah berupaya, sahabatku yang powerful?

AMBIL TINDAKAN
Tempatkan syukur pada tempat yang tepat!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMPERBESAR WADAH REZEKI

Yang menyebabkan orang tetap miskin bukan karena sedikitnya rezeki yang Tuhan limpahkan, melainkan kecilnya wadah rezeki yang tidak mampu menampung nya , sehingga sisanya akan masuk ke wadah rezeki orang kaya yang lebih besar.

MEMAHAMI SIKLUS REZEKI

Tuhan menurunkan rezeki ke bumi lalu dialirkannya melalui manusia yang berinteraksi untuk bertukar manfaat. Pertukaran itu menghasilkan kelimpahan yang pada akhirnya akan melahirkan rasa syukur yang terpanjat ke langit. Tuhan membalas syukur manusia itu dengan kembali menurunkan rezeki ke bumi.

MENANGKAP LEBIH BANYAK REZEKI

  Setiap mentari bersinar di ufuk timur, Tuhan mencurahkan rezeki yang berlimpah. Namun, rezeki tersebut tidak jatuh sama banyak ke tangan setiap makhluk (manusia). Hanya manusia yang senantiasa menggunakan waktu, kesehatan, dan kecerdasannya untuk membagikan kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama, mampu menangkap rezeki lebih banyak.