Langsung ke konten utama

MEMPERBESAR WADAH REZEKI




Yang menyebabkan orang tetap miskin bukan karena sedikitnya rezeki yang Tuhan limpahkan, melainkan kecilnya wadah rezeki yang tidak mampu menampungnya, sehingga sisanya akan masuk ke wadah rezeki orang kaya yang lebih besar.


Mari bermain sebentar! Saya ingin menumpahkan 10 kg beras. Tugas Anda adalah menampung tumpahan beras tersebut sampai maksimal. Hanya saja Anda diberikan 3 wadah yaitu garpu, sendok, dan gelas. Susun urutannya dari atas ke bawah dan tempatkan bersusun mulai dari garpu, sendok dan gelas. Mana dari ketiga wadah tersebut yang mampu menampung paling banyak? Kemudian susunannya Anda rubah menjadi gelas, sendok, dan garpu, wadah mana yang mampu menampung paling banyak? Apakah Anda menjawab: “gelas” untuk kedua pertanyaan di atas. Ya, gelas akan menampung beras paling banyak, tidak peduli mau ditempatkan di atas, tengah maupun di bawah. Mengapa? Sebab gelas memiliki daya tampung paling besar diantara sendok dan garpu. Apa artinya ini semua?
Izinkan saya menjelaskannya kepada Anda.
Tuhan menurunkan rezeki dengan sangat melimpah kepada setiap orang tanpa pandang agama, suku, atau jenis kelamin. Hanya saja, sebagian besar orang hanya mendapatkan rezeki yang sedikit karena wadah rezekinya kecil, sehingga banyak rezeki yang tumpah dan masuk ke wadah rezeki orang lain yang lebih besar. Agar rezeki Anda besar, perbesarlah wadahnya, bukan meminta lebih banyak karena setiap hari Tuhan senantiasa melimpahkan rezeki-Nya yang cukup untuk menghidupi semua makhluk.
Wadah rezeki ada 3 macam: pertama, wadah mental/pola pikir. Kedua, wadah fisik: jenis pekerjaan atau bisnis. Ketiga wadah financial: manajemen keuangan.
Mari kita kupas sekilas ketiga wadah rezeki di atas!
1.        Wadah Mental
Wadah Mental meliputi pola pikir, cara pandang dan sikap seseorang yang berhubungan dengan rezeki. Pola pikir kelimpahan mampu menarik kekayaan dan kebahagiaan. Sedangkan pola pikir kelangkaan mengundang datangnya kemiskinan dan kesengsaraan.
Pola pikir kelimpahan melihat bahwa alam memiliki kandungan kekayaan tanpa batas yang sedang menunggu untuk dimanfaatkan bagi pribadi yang kreatif dan dinamis. Tuhan menyediakan lebih dari cukup seumber daya untuk membuat setiap penghuni planet bumi kaya raya. Pola pikir kelimpahan juga melihat bahwa setiap individu dibekali Sang Pencipta dengan potensi tanpa batas untuk dikembangkan dan diwujudkan menjadi satu keterampilan spesifik guna mengelola kekayaan alam yang melimpah. Setiap otak manusia memiliki 1 triliyun neuron (sel syaraf) dengan 100 milyar neuron aktif dan 900 milyar neuron pendukung. Sebuah kekuatan mega raksasa yang masih tertidur pulas sedang menunggu Anda untuk membangunkannya.
Sebaliknya pola pikir kelangkaan memandang terbatasnya sumber daya yang ada di alam dan untuk bisa mendapatkannya harus saling berebut. Pola pikir kelangkaan juga sering menghadirkan beragam alasan yang memberatkan dirinya untuk berhasil, seperti: “Saya hanya anak kampung, lulusan SMA anak petani miskin”. “Saya tidak berbakat”, “Saya tidak punya modal”. Dan ribuan alasan pelemah tindakan lainnya. Sahabatku, pembaca yang powerful, mari koreksi pola pikir mana yang mendominasi pikiran kita selam 24 jam sehari 7 hari seminggu dan 12 bulan setahun!

2.        Wadah Pekerjaan
Tidak semua jenis pekerjaan mampu mendatangkan kesejahteraan yang tinggi. Secara umum jenis pekerjaan terbagi kedalam 3 kelompok besar, yaitu sebagai karyawan, profesional dan wirausaha.
Karyawan adalah individu yang bekerja pada sebuah organisasi dengan jadwal kerja dan kompensasi finansial yang juga rutin dan pasti setiap bulannya. Yang termasuk karyawan mulai dari tukang sapu sampai kepala dinas di instansi pemerintah. Mulai dari office boy sampai presiden direktur di BUMN maupun perusahaan swasta.
Penentu kesejahteraan bagi karyawan adalah besarnya gaji yang diperoleh. Gaji diberikan berdasarkan kedudukan/pangkat/golongan, dan masa kerja. Untuk level top manajemen ke atas mampu hidup sejahtera, sementara golongan atau pangkat rendah sampai office boy harus hidup super hemat.
Kelompok kedua adalah para profesional. Yaitu individu yang bekerja untuk dirinya sendiri. Mereka diantaranya adalah dokter, pengacara, akuntan, dan profesi lainnya. Penentu kesejahteraan hidup mereka adalah besarnya fee yang mereka tetapkan atas jasa yang mereka berikan kepada masyarakat. Semakin profesional, ahli dan terkenal maka fee yang mereka dapatkan makin melangit.
Kelompok ketiga adalah wirausahawan, yaitu mereka yang menciptakan lapangan kerja dengan mempekerjaan orang lain. Mereka adalah pedagang kecil dengan jumlah karyawan terbatas sampai pada pengusaha besar dengan jumlah karyawan ribuan. Penentu kesejahteraan bagi mereka adalah besarnya omset yang dihasilkan oleh bisnisnya. Semakin besar omset yang berhasil diraih, maka kesejahteraan semakin melimpah. Sebaliknya, jika omset yang didapat masih kecil, diperlukan upaya intensif untuk menaikkan omset agar bisa hidup sejahtera.
Dari penjelasan diatas, sekarang bisa kita pahami bahawa hanya mereka yang bekerja sebagai karyawan level top management, profesional dengan reputasi baik dan wirausahawan yang berhasil yang memiliki tingkat kesejahteraan tinggi. Selebihnya harus ganti pekerjaan atau meningkatkan kualitas diri jika ingin hidup lebih sejahtera.

3.        Wadah Finansial
Wadah ini merupakan keterampilan dalam mengelola uang. Merupakan kelanjutan dari wadah sebelumnya yaitu pekerjaan. Jika wadah pekerjaan berhubungan dengan segala sesuatu untuk menghasilkan uang, maka wadah finansial berhubungan dengan segala sesuatu untuk membelanjakan uang dengan tepat.
Yang dimaksud dengan membelanjakan uang dengan terpat adalah melakukan alokasi uang yang sudah Anda dapatkan dengan tepat. Untuk menciptakan kekayaan, Anda harus menginvestasikan sebagian uang yang telah Anda dapatkan secara konsisten. Disini Anda mulai mempekerjakan uang Anda. Hal ini dinamakan membangun aset. Saat aset Anda mulai produktif (mampu menghasilkan uang), gunakan uang dari aset tersebut untuk melakukan investasi kembali (reinvest). Di sini Anda menunda kesenangan, dengan tidak menikmati uang dari hasil investasi dengan tujuan untuk memperbesar aset sehingga mampu menghasilkan penghasilan pasif yang semakin tinggi, hingga pada satu masa nanti Anda mampu berhenti bekerja namun memiliki penghasilan yang cukup untuk kesejahteraan hidup.
Mari pembaca yang powerful, mulai mencari aset yang cocok bagi Anda. Berikut ini, saya referensikan beberapa aset yang bisa Anda miliki.
1.    Aset kertas: deposito, reksadana, obligasi, saham
2.    Properti: ruko, rukan, rumah sewa, apartemen, kos
3.    Aset Intelektual: hak cipta, merk, paten
4.    Logam mulia: emas
5.    Barang seni/koleksi: lukisan
6.    Bisnis bersistem: franchise
7.    Bisnis korporasi

REFLEKSI
Sudahkah Anda mengetahui ukuran wadah rezeki Anda (besar, kecil atau sedang)?

AMBIL TINDAKAN
Perbesar wadah rezeki Anda sekarang juga dan tempatkan pada tempat-tempat dengan aliran rezeki yang melimpah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAHAMI SIKLUS REZEKI

Tuhan menurunkan rezeki ke bumi lalu dialirkannya melalui manusia yang berinteraksi untuk bertukar manfaat. Pertukaran itu menghasilkan kelimpahan yang pada akhirnya akan melahirkan rasa syukur yang terpanjat ke langit. Tuhan membalas syukur manusia itu dengan kembali menurunkan rezeki ke bumi.

MENANGKAP LEBIH BANYAK REZEKI

  Setiap mentari bersinar di ufuk timur, Tuhan mencurahkan rezeki yang berlimpah. Namun, rezeki tersebut tidak jatuh sama banyak ke tangan setiap makhluk (manusia). Hanya manusia yang senantiasa menggunakan waktu, kesehatan, dan kecerdasannya untuk membagikan kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama, mampu menangkap rezeki lebih banyak.