Langsung ke konten utama

MAU APA SETELAH KAYA




Ada banyak pilihan setelah Anda berhasil meraih kekayaan. Anda mau menikmatinya, membagikannya atau mewariskan kepada generasi penerus Anda. Anda bebas untuk memilihnya, namun Anda tidak bebas dari konsekuensi dari setiap pilihan


Awalnya, apakah Anda bingung atau tidak tahu bagaimana cara untuk mewujudkan kehidupan yang berkelimpahan atau kaya raya? Namun, setelah Anda membaca 45 hikmah dalam The Science of Rezeki ini, apakah kebingungan Anda sirna? Jika Anda menjawab: “ya”, untuk kedua pertanyaan tersebut. Izinkan saya melanjutkan bertanya kepada Anda: “Apa yang akan Anda lakukan setelah kaya?” “Akan diapakan atau digunakan untuk apa kekayaan Anda?” Saya berharap Anda tidak bingung untuk kedua kalinya. Jika ternyata masih bingung juga. Hikmah ke-45 ini saya tulis untuk menyirnakan kebingungan Anda sekaligus sebagai penutup hikmah dalam The Science of Rezeki.
Kekayaan yang telah berhasil Anda wujudkan mampu menyelamatkan sekaligus mencelakakan, mampu membahagiakan sekaligus menyengsarakan, mampu memuliakan sekaligus menghinakan. Semuanya tergantung dari bagaimana Anda menggunakannya. Penggunaan yang salah akan menjadikan Anda celaka, sengsara dan hina. Sebaliknya penggunaan yang benar menjadikan hidup Anda selamat, bahagia dan mulia. Lalu bagaimana cara menggunakan harta yang benar? Tidak ada panduan yang baku, namun pastikan penggunaan kekayaan itu pada jalur yang diperintahkan Tuhan dalam aturan agama dan tidak melanggar hukum negara.
Berikut ini saya berikan saran bagaimana Anda menggunakan harta Anda dengan benar. Pertama, Nikmatilah. Ya, sebab Anda berhak menikmati apa yang telah Tuhan karuniakan kepada Anda dan atas kerja keras Anda. Kedua, bagikan kepada mereka yang membutuhkan. Ketiga, wariskan kepada generasi penerus Anda. Mari kita kupas ketiga cara menggunakan harta tersebut:

Nikmati Harta Anda
Tumbuhkan kesadaran bahwa harta tersebut adalah karunia atau anugerah dari Tuhan, bukan karena kerja keras Anda sebab banyak yang bekerja jauh lebih keras dari Anda tetapi memiliki sedikit harta seperti tukang becak atau kuli pelabuhan. Juga bukan karena kepandaian Anda, sebab banyak yang jauh lebih pandai seperti profesor di perguruan tinggi yang hidupnya pas-pasan. Harta itu anugerah Tuhan yang dititipkan kepada Anda untuk suatu maksud. Temukan maksud itu dan tunaikan dengan penuh amanah. Adapan kerja keras dan kecerdasan Anda hanyalah sarana atau pipa saluran bagi rezeki yang datang dari Tuhan. Dan, perlu Anda sadari semangat, kerja keras dan kecerdasan Anda pun itu bukan atas upaya Anda sendiri. Semua itu Tuhanlah yang memberikannya kepada Anda. Anda tinggal menggunakan kesehatan, semanagat dan tubuh yang sempurna untuk bekerja keras dan otak yang berfungsi optimal untuk bekerja dengan cerdas.
Dengan tumbuhnya kesadaran tersebut, nikmatilah harta Anda sebagai anugerah dari Tuhan yang telah dititipkan kepada Anda, bukan sebagai buah dari kerja keras dan kecerdasan Anda. Penikmatan yang dipenuhi dengan kesadaran tersebut mampu menumbuhkan rasa syukur yang terpanjat ke langit. Buah rasa syukur itu adalah kerelaan untuk berbagi kepada sesama apa yang telah Anda nikmati.

Bagikan Harta Anda
Sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat harta yang telah Tuhan titipkan ke Anda, berbagilah kenikmatan tersebut kepada orang lain yang tidak seberuntung Anda. Sebelum menginjak lebih jauh kepada siapa saja Anda membagikan harta yang tepat, mari renungkan mengapa kok Anda yang dititipi banyak harta oleh Tuhan, bukan orang lain? Berhati-hatilah, boleh jadi, Tuhan sedang menguji keimanan Anda, apakah Anda tergelincir dengan memiliki banyak harta sehingga menjadi orang yang sombong, zalim dan lupa diri? Atau bisa jadi, di dalam diri Anda ada benih pribadi amanah dalam menyampaikan rezeki orang lain. Anggap saja keduanya itu benar. Maka, jika harta itu dititipi untuk menguji, yuk pastikan diri Anda lulus dari ujian. Dan jika ada potensi menjadi pribadi yang amanah, yuk tumbuhkembangkan potensi itu menjadi nyata.
Setelah itu, siapa saja sih yang pantas untuk menerima sebagian harta Anda? Jika Anda tidak ingin repot berpikir dalam mendistribusikan harta ke tangan yang tepat, berikan saja sebagai harta Anda ke Baznas (Badan Amil Zakat Nasional), ke berbagai panti, pondok pesantren, tempat-tempat peribadatan, panitia korban bencana alam, dan berbagai lembaga atau institusi lain yang bersedia menyalurkan harta Anda.
Namun, jika Anda ingin terlibat aktif dalam mendistribusikan sebagian harta Anda, itu syah-syah saja. Saya menyarankan untuk mendistribusikannya ke dalam 3 saluran, yaitu:

1.      Pemenuhan Saranan Hidup
Salurkan sebagian harta Anda ke orang yang masih minim atau kekurangan dalam memnuhi kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal. Bantu mereka dengan sejumlah uang untuk membeli makanan, pakaian, menyewa tempat tinggal yang layak atau alangkah baiknya jika Anda beri mereka modal usaha untuk meningkatkan pendapatan mereka.

2.      Kelanjutan Pendidikan
Berikan beasiswa kepada siswa atau mahasiswa yang orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah atau kuliah mereka. Ringankan beban orang tua mereka, tanpa harus memutus kelanjutan studi formal anaknya. Ini salah satu tugas Anda yang dititipi banyak harta.

3.      Pembelaan Hukum/HAM
    Saluran ke-3 yang saya sarankan bagi distribusi harta Anda adalah pembelaan hukum atau HAM bagi orang miskin. Namanya juga miskin, mereka tidak bisa membayar pengacara yang mahal untuk menuntut haknya yang diambil. Bela orang miskin dengan membayari pengacara bagi mereka.

Wariskan Harta Anda
Apakah Anda pernah mendapatkan warisan harta entah itu tanah, bangunan, sejumlah uang di bank, perusahaan dari orang tua Anda? Jika Anda menjawb: “ya”, Anda termasuk orang yang beruntung. Sebab ada banyak anak yang malah mendapat warisan UTANG dari orang tuannya. Artinya, setelah orang tuanya meninggal ia harus melunasi utang orang tuanya. Bagaimana dengan yang tidak mendapatkan warisan uang atau pun utang? Ada bentuk warisan lain yaitu ilmu dan budi pekerti. Apakah Anda mendapatkan keduanya?
Sebelum Anda mewariskan harta kepada generasi penerus Anda (anak, cucu, cicit dan seterusnya), bekali keturunan Anda dengan warisan ilmu dan budi pekerti. Mengapa ini penting untuk dilakukan? Dengan ilmu, harta yang diwariskan tersebut bisa dikembangkan, tidak habis dimakan dan dengan budi pekerti luhur harta tersebut bisa digunakan bagi kemaslahatan (kemanfaatan) hidup keluarga dan masyarakat. Pendek kata, dengan ilmu dan budi pekerti, harta yang diwariskan mampu mendatangkan keselamtan dan keberkahan hidup bagi si pewarisnya. Sebaliknya tanpa ilum dan budi pekerti, harta yang diwariskan justru mendatangkan malapetaka.
Jadi, harta dititpkan ke Anda, untuk Anda nikmati, bagikan ke yang membutuhkan dan diwariskan ke generasi penerus. “Untuk apa Anda mewariskan harta?”, Sudahkah Anda memikirkan hal itu sebelum meninggalkan warisan? Jika belum, pikirkanlah! Izinkan saya memberikan beberapa referensi untuk Anda renungkan mengapa Anda harus mewariskan harta, tentunya dibarengi dengan ilmu dan budi pekerti:
1.         Sebagai modal untuk membangun keluarga yang mandiri, sejahtera dan berdampak bagi masyarakat.
2.         Sebagai bekal bagi keturunan Anda untuk menunaikan tugas menyejahterakan kehidupan banyak orang.
3.         Untuk membiayai kebutuhan hidup keturunan Anda sehingga mereka tidak menjadi beban hidup orang lain.
4.         Untuk dikembangkan bagi kemaslahatan masyarakat yang lebih besar.
5.         Agar kebiasaan Anda dalam membagikan sebagian harta bisa diteruskna oleh keturunan Anda.

REFLEKSI
Pilihan mana yang akan Anda ambil setelah hidup Anda kaya: menikmatinya, membagikannya, mewariskan kepada generasi penerus Anda atau ketiganya sekaligus?

AMBIL TINDAKAN
Pastikan kekayaan Anda bisa dinikmati, dibagikan dan diwariskan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMPERBESAR WADAH REZEKI

Yang menyebabkan orang tetap miskin bukan karena sedikitnya rezeki yang Tuhan limpahkan, melainkan kecilnya wadah rezeki yang tidak mampu menampung nya , sehingga sisanya akan masuk ke wadah rezeki orang kaya yang lebih besar.

MENANGKAP LEBIH BANYAK REZEKI

  Setiap mentari bersinar di ufuk timur, Tuhan mencurahkan rezeki yang berlimpah. Namun, rezeki tersebut tidak jatuh sama banyak ke tangan setiap makhluk (manusia). Hanya manusia yang senantiasa menggunakan waktu, kesehatan, dan kecerdasannya untuk membagikan kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama, mampu menangkap rezeki lebih banyak.

MEMAHAMI SIKLUS REZEKI

Tuhan menurunkan rezeki ke bumi lalu dialirkannya melalui manusia yang berinteraksi untuk bertukar manfaat. Pertukaran itu menghasilkan kelimpahan yang pada akhirnya akan melahirkan rasa syukur yang terpanjat ke langit. Tuhan membalas syukur manusia itu dengan kembali menurunkan rezeki ke bumi.