Orang yang menerima
hidup apa adanya sebelum memaksimalkan upaya adalah orang yang tidak bersyukur.
Orang yang menerima hidup apa adanya setelah berupaya maksimal adalah orang
yang bersyukur
Syukur adalah tindakan
mengakui + menggunakan + mengembangkan karunia Ilahi dengan tepat. Karunia
potensial Ilahi sudah Anda terima sejak lahir seperti tubuh lengkap dengan
organnya yang berfungsi optimal untuk menjaga kelangsungan hidup. Itu wajib
Anda syukuri dengan megakui bahwa itu semua ciptaan Tuhan, menggunakannya untuk
belajar membangun budi pekerti dan meningkatkan kompetensi diri serta bekerja
memenuhi kebutuhan sesama & menyelesaikan problem yang mereka hadapi,
mengembangkannya dengan terus mengasah kegunaannya ke level yang lebih tinggi.
Sementara itu, karunia
aktual harus Anda perjuangkan untuk mendapatkannya, tidak melekat pada Anda
sejak lahir. Karunia aktual itu seperti pengetahuan, skill, teman, uang dan
peran. Untuk mensyukuri karunia aktual, Pertama,
Anda harus mengupayakan karunia aktual itu bisa Anda dapatkan secara maksimal.
Itulah bentuk syukur level pertama. Kedua,
nikmati karunia aktual yang telah didapatkan, sekecil apa pun.
Manusia yang tidak
melakukan upaya untuk mendapatkan karunia aktual adalah mereka yang tidak
bersyukur. Berhati-hatilah, jika saat ini Anda sudah berusia lebih dari 40
tahun namun masih hidup dalam kelangkaan, memiliki peran yang kecil, dan
memiliki banyak kekurangan, boleh jadi ketika Anda muda dulu belum maksimal
dalam melakukan upaya. “Siapa bilang belum maksimal?” Saya sudah bekerja keras,
berangkat pagi pulang petang namun penghasilan pas-pasan”. Adakah yang
memprotes demikian? Jika ada, saya maklum.
Mari perluas pemahaman
kita, bahwa yang dimaksud dengan memaksimalkan ikhtiar itu tidak sebatas
bekerja keras siang dan malam dalam mencari nafkah. Namun sedikitnya mengandung
3 unsur yang harus dipenuhi, yaitu: bekerja keras (kuantitas) + bekerja cerdas
(kualitas) + bekerja ikhlas (totalitas). Ingat, itu baru minimal lho.
Mari kita kupas singkat
ke-3 komponen ikhtiar yang maksimal tersebut:
1. Bekerja Keras
Ikhtiar dilakukan secara konsisten (terus menerus) dan
sampai selesai (tuntas) dalam kurun waktu tertentu, misal bekerja dari pukul
08.00-17.00 Senin-Jum’at selama 5 tahun. Mereka yang tekun yang akan berhasil
hidupnya. Namun, jika dalam kurun waktu 5 tahun dengan kuantitas kerja seperti
di atas, kesejahteraan hidup belum juga meningkat, bekerja keras saja tidak
cukup, Anda harus menambahkan bekerja cerdas.
2. Bekerja Cerdas
Bekerja dengan menggunakan strategi, teknik, metode yang
mampu meningkatkan efektifitas hasil dan efisiensi biaya. Contohnya bekerja
dengan menggunakan teknologi atau membentuk sistem kerja disertai dengan tim
yang profesional dan solid.
Bekerja sekeras apa pun pada level pekerjaan tertentu juga
tidak akan memberikan kesejahteraan. Misalkan menjadi office boy, satpam,
tukang becak, kuli pelabuhan. Mereka yang menempati pekerjaan-pekerjaan dengan
upah yang rendah tidak akan berhasil dengan menggunakan senjata ketekunan.
Mereka harus bekerja cerdas dan menyisihkan sebagian gaji atau upah mereka
untuk memutarnya ke dalam bisnis atau investasi. Jika tidak mampu untuk
menyisihkan sebagian gajinya, mereka harus menggunakan waktu liburnya untuk
membuka bisnis sendiri. Itulah makna ikhtiar maksimal.
3. Bekerja Ikhlas
Bekerja
secara total dan menyerahkan setiap hasil kepada Tuhan serta melakukan
harmonisasi (penyesuaian) sikap dan tindakan dalam mewujudkan kehidupan yang
lebih baik itulah buah dari bekerja dengan ikhlas. Jika pekerjaan Anda sekarang
belum menyejahterakan, ikhlaslah untuk melepaskannya dan menemukan pekerjaan
yang Anda cintai sekaligus menyejahterakan. Beranikah Anda melakukannya,
sahabatku yang powerful?
REFLEKSI
Dimana Anda meletakkan syukur? Sebelum berupaya atau
setelah berupaya, sahabatku yang powerful?
AMBIL
TINDAKAN
Tempatkan
syukur pada tempat yang tepat!
Komentar
Posting Komentar