Langsung ke konten utama

MENJADI PENGATUR REZEKI




Yang memberikan rezeki adalah Tuhan, yang bertugas membagikannya malaikat, dan yang bertugas mengaturnya adalah manusia. Manusia yang pandai mengatur rezeki yang diberikan Tuhan akan menjadi kaya dan yang tidak pandai akan menjadi miskin
 
Saat saya bertanya kepada Anda: “Siapa yang mengatur rezeki?” Apakah Anda akan menjawab: “Tuhan”. Sebagai orang beriman, saya akan mendukung jawaban Anda. Namun, ketika melihat realita yang terpampang di masyarakat bahwa ada sebagian kecil orang yang hidup dalam kemakmuran dan sebagian besar berkubang dengan kemiskinan, saya mulai berpikir mendalam benarkah Tuhan yang mengatur rezeki?
Berikut ini hasil perenungan saya: Tuhan memberikan izin kepada manusia untuk mengatur sendiri rezeki yang diberikan-Nya. Inilah keistimewaan manusia sebagai satu-satunya makhluk Tuhan yang diberi izin untuk mengatur rezekinya sendiri. Sementara makhluk lain seperti tumbuhan dan binatang rezekinya sudah dijamin. Anda tidak percaya? Coba temukan adakah satu binatang yang lebih sejahtera daripada binatang lainnya? Adakah satu tumbuhan yang lebih kaya dari tumbuhan lainnya? Anda tidak akan pernah menemukannya bukan?
Berbeda dengan manusia, Anda akan dengan mudah menemukan manusia yang kehidupan penuh kelimpahan dan lebih mudah lagi menemukan mereka yang hidup melarat. Padahal Anda pasti mengimani bahwa Tuhan maha adil dalam membagikan rezeki. Inilah jawaban yang saya temukan mengapa ada banyak orang yang miskin dan hanya sedikit orang yang kaya?
Jadi, penentu kesejahteraan yang dimiliki oleh manusia bukan terletak pada jumlah rezeki yang Tuhan karuniakan, melainkan pada kemampuan dalam mengatur atau mengelola rezeki tersebut. Sebab Tuhaan melimpahkan rezeki dengan jumlah yang tak terbatas ke muka bumi.
Apa pun yang Anda imani, rezeki sudah ditetapkan atau diatur oleh Tuhan atau manusia diizinkan mengatur sendiri rezeki masing-masing akan berdampak pada tindakan yang Anda ambil.
Mengimani bahwa rezeki sudah diatur oleh-Nya akan menjadikan Anda pribadi yang pasrah dalam menjalani hidup. Ini berbahaya. Sebab jika Anda pasrah sebelum berupaya dan menerima kehidupan yang masih kecil dengan peran yang remeh, segenap potensi luar biasa yang telah Tuhan anugerahkan akan tertidur sia-sia. Anda gagal membangunkannya dan batal menjadi pribadi yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Sebaliknya dengan mengimani bahwa manusia diizinkan untuk mengatur sendiri rezekinya, maka Anda akan menjadi pribadi yang aktif dan dinamis dalam menciptakan kehidupan yang lebih besar dan berdampak bagi kebahagiaan dan kesejahteraan sesama. Segenap potensi mampu Anda aktualisasikan dan Anda tumbuh menjadi pribadi yang kehadirannya dinanti dan kepergiannya dirindukan. Nah, kepasrahan baru bisa Anda tempatkan pada saat upaya maksimal telah Anda tunaikan. Sebab di dalam kepasrahan terkandung pengakuan adanya kuasa Tuhan atas hasil yang membaikkan hidup Anda. Mereka yang aktif dan dinamis selalu mengakhiri upayanya dengan bertawakal. Sedangkan mereka yang pasif dan pasrah malas berjuang dengan dalih semuanya sudah diatur sama yang diatas. Kedua sungguh jelas perbedaannya. Anda masuk yang mana, sahabatku yang powerful?

REFLEKSI
Apakah Anda sudah meningkatkan kemampuan dalam mengelola rezeki?

AMBIL TINDAKAN
Tingkatkan secara intens keterampilan manajemen rezeki Anda!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMPERBESAR WADAH REZEKI

Yang menyebabkan orang tetap miskin bukan karena sedikitnya rezeki yang Tuhan limpahkan, melainkan kecilnya wadah rezeki yang tidak mampu menampung nya , sehingga sisanya akan masuk ke wadah rezeki orang kaya yang lebih besar.

MEMAHAMI SIKLUS REZEKI

Tuhan menurunkan rezeki ke bumi lalu dialirkannya melalui manusia yang berinteraksi untuk bertukar manfaat. Pertukaran itu menghasilkan kelimpahan yang pada akhirnya akan melahirkan rasa syukur yang terpanjat ke langit. Tuhan membalas syukur manusia itu dengan kembali menurunkan rezeki ke bumi.

MENANGKAP LEBIH BANYAK REZEKI

  Setiap mentari bersinar di ufuk timur, Tuhan mencurahkan rezeki yang berlimpah. Namun, rezeki tersebut tidak jatuh sama banyak ke tangan setiap makhluk (manusia). Hanya manusia yang senantiasa menggunakan waktu, kesehatan, dan kecerdasannya untuk membagikan kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama, mampu menangkap rezeki lebih banyak.