Langsung ke konten utama

Start untuk Mulai Hidup Mewah



 Kapan bisa hidup mewah? 1. Jika sudah bekerja dan memiliki gaji yang besar. 2. Jika sudah memiliki tabungan yang cukup. 3.  Jika sudah memiliki pasif income yang mampu untuk membiayai kemewahan. Jawaban pertama adalah jawaban orang miskin. Jawaban
 kedua adalah jawaban kelas menengah. Jawaban ketiga adalah jawaban
orang kaya. Belajarlah untuk menciptakan pasif income yang besar,
di titik itulah Anda bisa hidup mewah.
- Edi Susanto



        Saya definiskan terlebih dulu, apa itu hidup mewah. Hidup mewah bukan berarti hidup glamour, pesta fora, berfoya-foya, menghamburkan banyak uang untuk memanjakan keinginan tubuh dan nafsu. Hidup mewah disini adalah memiliki kemampuan financial untuk memenuhi semua kebutuhan mewah (mahal) kita. Sementara aktivitas pemenuhannya bisa dengan cara yang negatif seperti yang dicontohkan di atas: glamour, foya-foya, menghamburkan banyak uang. Bisa juga dengan cara yang positif dan konstruktif berupa membangun sekolah gratis, balai pengobatan gratis, mengajak keluarga tour ke luar negeri, pergi umroh, memberangkat haji orang tua dan cara yang baik lainnya.

          Mari kita selami lebih dalam lagi, kapan kita bisa mulai hidup mewah!
1.   Orang yang mengatakan: “bisa hidup mewah, setelah bekerja dan memiliki gaji yang besar”, kita sebut saja Pak Tekun. Apa yang akan terjadi dalam hidup Pak Tekun? Dia akan terus bekerja seumur hidupnya agar mampu tetap bertahan pada hidup mewahnya. Kemewahan yang diupayakan Pak Tekun dengan kerja kerasnya di luar rumah hanya bisa dinikmati oleh orang lain, seperti pembantunya yang tinggal di dalam rumahnya, sementara waktu Pak Tekun habis dipakai untuk terus mencari uang. Dan ketika dia harus berhenti bekerja (ini pasti terjadi), kemewahan hidupnya juga akan berhenti.
2.   Orang yang mengatakan: “jika sudah memiliki tabungan yang cukup”, kita sebut saja Bu Hemat. Setelah tabungan Bu Hemat digunakan untuk membeli kemewahan seperti rumah, mobil, elektronik dan sebagainya, Dia harus mulai dari nol lagi untuk bekerja lebih keras guna mengisi tabungan yang sudah kosong tadi. Siklus kerja keras untuk mendapatkan gaji yang besar seperti pada kasus Pak Tekun terulang lagi. Finisnya akan sama, yaitu ketika bu Hemat berhenti bekerja dan tabungannya habis, kemewahan hidup pun ikut berhenti.

3.   Orang yang menjawab: “jika sudah memiliki pasif income yang cukup untuk membiayai kemewahan”, kita sebut saja Mas Cerdas. Setiap kali menerima income, Mas Cerdas akan menyisihkan terlebih dulu 10%-30% dari incomenya untuk menciptakan asset (sumber pemasukan lain yang tidak menuntutnya untuk bekerja). Kegiatan menyisihkan income terus dilakukan Mas Cerdas untuk memperbesar/memperbanyak asset yang akan terus menambah pasif incomenya. Pada kondisi pasif income > gaya hidup mewahnya, dia bisa mulai hidup mewah. Di sini Mas Cerdas tidak tergantung pada pekerjaannya untuk tetap bisa hidup mewah, karena asetnya telah membiayainya. Dia terbebas dari keharusan untuk bekerja dan memilki banyak waktu luang untuk menikmati hidup mewahnya, sedangkat asetnya terus menghasilkan uang.

Ajukan pertanyaan berikut kepada diri Anda?
1.      Pada usia berapa saya ingin hidup mewah?
2.      Apa yang harus saya lakukan untuk mulai membangun aset saya?

Komentar

  1. MAJUTOTO
    Silahkan datang dan daftarkan diri anda sekarang juga..
    hanya di sini JP berapapun di bayar.
    discount 29%/59%/66%
    Banyak Promo Menanti Anda!
    * Minimal deposit 50.000 dapatkan bonus sampai dengan 100.000
    * Bonus Next Deposit 5%
    WA : +6282272437922
    LINE : @majutoto
    LINK ALTERNATIF : Jerukpurut.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMPERBESAR WADAH REZEKI

Yang menyebabkan orang tetap miskin bukan karena sedikitnya rezeki yang Tuhan limpahkan, melainkan kecilnya wadah rezeki yang tidak mampu menampung nya , sehingga sisanya akan masuk ke wadah rezeki orang kaya yang lebih besar.

MENANGKAP LEBIH BANYAK REZEKI

  Setiap mentari bersinar di ufuk timur, Tuhan mencurahkan rezeki yang berlimpah. Namun, rezeki tersebut tidak jatuh sama banyak ke tangan setiap makhluk (manusia). Hanya manusia yang senantiasa menggunakan waktu, kesehatan, dan kecerdasannya untuk membagikan kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama, mampu menangkap rezeki lebih banyak.

MEMAHAMI SIKLUS REZEKI

Tuhan menurunkan rezeki ke bumi lalu dialirkannya melalui manusia yang berinteraksi untuk bertukar manfaat. Pertukaran itu menghasilkan kelimpahan yang pada akhirnya akan melahirkan rasa syukur yang terpanjat ke langit. Tuhan membalas syukur manusia itu dengan kembali menurunkan rezeki ke bumi.