Mahasiswa memiliki cukup modal untuk
membuatnya menjadi kaya. Sayangnya, minimnya pendidikan finansial yang mereka miliki
membuat modal itu tidak pernah didayagunakan. Modal yang dimaksud adalah
:komitmen, waktu luang dan uang saku dari orang tua
- Edi Susanto
Dalam Pikiran ini saya akan kupas cara
mendayagunakan modal yang dimiliki mahasiswa. Mari kita mulai!
1. Komitmen
Komitmen adalah lahan subur untuk
menumbuhkan keinginan apa pun. Tidak ada keingin yang terwujud sebelum menjadi
komitmen. Hanya mahasiswa yang
sungguh-sungguh dan mengharuskan dirinya bisa mandiri secara finansial yang
akan menjadi mahasiswa kaya. Mereka berani mambayar harganya. Harga apa
yang harus dibayar mahasiswa untuk menjadi kaya? Pertama, Memiliki aktivitas di luar kampus yang positif,
efektif dan produktif. Kedua,
mengalokasikan uang saku untuk terus meningkatkan kompetensi diri dan membangun
karakter.
Aktivitas yang positif adalah semua kegiatan
yang tidak melanggar hukum agama juga hukum negara, semua kegiatan yang halal
dan legal seperti olahraga dan berorganisasi. Aktivitas yang efektif adalah
aktivitas yang tepat sebagai generasi muda seperti menambah pengetahuan dengan
membaca buku di perpustakaan, mengikuti kursus atau seminar. Aktivitas yang
produktif adalah kegiatan yang mampu menghasilkan uang, karya, produk baik
barang maupun jasa. Contohnya menjalankan bisnis, menulis buku atau mengarang
lagu. Pastikan aktivitasmu positif, efektif dan produktif.
2. Waktu luang
Setelah dipotong untuk tidur selama 8 jam
dan waktu kuliah 8 jam, setiap harinya, seorang mahasiswa masih memiliki waktu
luang sebanyak 8 jam/hari. Berkenaan dengan Aset waktu luang ini, mahasiswa
terbagi ke dalam 3 perilaku sebagai berikut:
1. Mengabaikan waktu luangnya
Waktu luang lewat
begitu saja dengan bersantai, nonton tv, nongkrong di Playstation, baca komik
seharian, ngobrol ngalor ngidul dan jalan-jalan atau shoping. Di sini waktu
dibuang percuma. Hasilnya nol (0).
2. Menggunakan waktu luang untuk hal yang merusak masa depan
Sebagian yang lain
menggunakan waktu luang untuk hal-hal yang merusak diri sendiri atau pun orang
lain, seperti free sex, penggunaan narkoba, tawuran dan tindakan kriminal
lainnya. Di sini waktu disalahgunakan untuk menyuramkan masa depan sendiri.
Hasilnya negatif (-).
1.
Menggunakan waktu
untuk mencerahkan masa depan
Ini adalah perilaku yang sangat menghargai
waktu. Waktu dimanfaatkan dengan kegiatan yang positif, efektif, dan produktif.
Penggunaan waktu luang disini mampu untuk mencerahkan masa depan, tanpa harus
tergantung dengan IPK, gelar atau ijazah, karena potensi yang masih tertidur di
dalam diri mahasiswa telah berhasil dibangunkan menjadi solusi atas semua
persoalan hidup selesai kuliah. Hanya
mahasiswa yang mengisi waktu luangnya untuk membangunkan potensinya yang akan
menjadi mahasiswa kaya. Hasilnya positif (+).
2.
Uang saku
Untuk menopang hidupnya selama kuliah,
setiap mahasiswa mendapat uang saku dari orang tua masing-masing. Seperti dalam
memperlakukan waktu luangnya, ada tiga perilaku yang muncul, yaitu:
1.
Menghamburkan uang
saku
Kelompok ini akan
menghabiskan uang saku yang diberikan kepada mereka, berapa pun jumlahnya.
Mereka adalah tipe pemboros. Semua uang akan digunakan untuk membiayai konsumsi
mereka. Bahkan sebagian dari mereka terjebak untuk berutang karena tingkat
konsumsi yang tidak bisa direm. Ciri yang paling mudah dikenali dari krelompok
ini adalah habisnya uang saku pada pertengahan bulan.
2.
Menghemat uang saku
Kebalikan tipe pemboros
adalah tipe penghemat. Uang saku yang diterima dari orang tua oleh kelompok ini
digunakan untuk memenuhi kebutuhan minimal mereka, sisanya mereka tabung.
Kelompok ini menggunakan uang saku jika perlu saja. Ciri yang mudah dikenali
dari tipe penghemat adalah uang saku masih tersisa meski sudah ganti bulan yang
mendatangkan uang saku berikutnya.
3.
Mengembang uang saku
Kelompok ketiga adalah tipe pengembang.
Mereka mampu mengembangkan (memperbanyak) uang saku yang mereka terima. Uang
saku yang diterima sebagaian untuk memenuhi kebutuhan, sebagian lagi untuk
modal usaha kecil-kecilan atau mereka patungan dengan teman-teman mereka untuk
membuka usaha yang lebih besar. Mereka juga menggunakan uang saku mereka untuk
mengasah skill bisnis dan manajemen keuangan pribadi yang tidak diasah di
kampus. Mereka membeli buku, CD, mengikuti seminar. Mereka masuk atau membentuk
komunitas yang berisi orang-orang muda yang mandiri. Itulah ciri-ciri yang
mudah dikenali dari mereka. Selain itu, dalam hitungan 1 semester atau lebih
biasanya mereka sudah mampu menghasilkan uang saku sendiri, sehingga orang tua
sudah tidak harus mengirim uang saku ke mereka lagi. Hanya mahasiswa yang mampu membelanjakan uang sakunya untuk kebutuhan
konsumsi, pengembangan diri, dan investasi yang akan menjadi mahasiswa kaya.
Take Action
Wahai para mahasiswa, kelolalah ketiga asetmu diatas dengan cara
yang sudah dijelaskan! Masa depan cemerlang kalian dibangun sejak masih
mahasiswa, bukan saat kalian mengenakan baju toga.
Komentar
Posting Komentar