Orang yang mengharap untuk diberi
sebenarnya sedang melakukan upaya untuk melemahkan kemampuan memberinya.
Sedangkan orang yang mengharap untuk member sedang
melakukan upaya untuk memperbesar kemampuan memberinya.
Lebih asyik mana: memberikan sesuatu atau menerima
sesuatu? Diantara yang memberi dengan yang diberi, mana yang lebih mampu?
Kehidupan adalah arus pemberian dan penerimaan yang datang silih berganti. Yang
harus Anda pahami adalah apa yang Anda terima merupakan konsekuensi dari apa
yang telah Anda berikan plus karunia Ilahi. Artinya, Anda hanya akan
mendapatakan apa yang telah Anda upayakan, selebihnya adalah anugerah Tuhan.
Anugerah Tuhan datang kepada orang yang dikehendakinya, baik orang itu berupaya
maupun tidak.
Jadi, tanpa adanya pemberian dari Anda (produk, jasa/pelayanan,
pemikiran, jalan keluar), kehidupan tidak akan mengalirkan kebutuhan Anda.
Itulah hukumnya. Dan di dalam setiap upaya untuk senantiasa memberi terbangun
kekuatan maha dahsyat dalam diri Anda. Bentuk kekuatan itu antara lain:
1.
Kreativitas
Keinginan yang kuat
untuk memberikan warisan pemikiran yang mencerahkan mendorong saya untuk
menulis buku. Keinginan untuk memberikan hiburan sekaligus pendidikan dan
pemberdayaan kepada masyarakat melalui seni, mendorong para musisi menciptakan
lagu, para seniman membuat film, menciptakan tari, lukisan, memahat patung.
Kreativitas akan terbangun saat Anda menghidupkan keinginan untuk memberi.
2.
Kemandirian
Keingianan kuat
untuk menyejahterakan hidup keluarga mendorong saya untuk mandiri dengan
menggunakan segenap sumber daya yang dimiliki tanpa harus tergantung pada belas
kasihan orang lain. Harga diri pun terjaga dan rasa hormat orang lain mengalir
dengan sendirinya secara wajar. Kemandirian akan tercipta saat Anda ingin
memberi kesejahteraan yang layak bagi keluarga yang Anda cintai.
3.
Harga diri
Saat Anda memberi
dengan tulus dan penuh rendah hati (tidak memamerkan pemberian Anda, saat
itulah harga diri Anda naik pada posisi yang tinggi, baik di mata orang yang
menerima pemberian Anda, terlebih lagi di mata Tuhan. Harga diri terjaga dengan
baik saat Anda mampu memberi dengan ikhlas.
4.
Kemurahan (dermawan)
Kebiasaan memberi
yang telah mendarah daging mampu menjadikan Anda sosok yang dermawan. Kemurahan
hati dan kepedulian sejati lahir ketika Anda telah terbiasa memberi tanpa
pamrih dan tidak meminta publisitas dalam melakukannya.
5.
Kepercayaan Diri
Efek dari kebiasaan
memberi yang berkesinambungan adalah tumbuhnya rasa percaya diri akan kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan sendiri, keluarga dan orang lain. Kepercayaan diri
timbul dari setiap pemberian yang Anda lakukan.
Sebaliknya dalam harapan untuk menerima pemberian orang
lain bangkit kelemahan-kelemahan yang menggerogoti kemampuan Anda seperti:
1.
Malas
Dengan
menggantungkan pemenuhan kebutuhan kepada belas kasihan orang akan menumbuhkan
rasa malas di hati Anda untuk bekerja keras.
2.
Terrgantung (tidak mandiri)
Keingianan untuk
mendapatkan pertolongan dari orang lain menjadikan Anda tergantung kepada orang
lain.
3.
Terjajah
Anda akan menjadi
pribdai yang terjajah atau tidak merdeka saat hidup Anda selalu dipenuhi oleh
orang lain. Anda akan menjadi budak orang lain yang mudah diperintah.
4.
Pelit
Berhati-hatilah,
jika Anda enggan memberi, lama kelamaan Anda bisa menjadi orang yang pelit,
kikir dan medit. Apa yang Anda miliki akhirnya tidak bisa Anda nikmati karena
Anda tidak mau menggunakannya.
5.
Minder
Jika Anda telah
malas, tergantung pada orang lain dan terjajah serta pelit maka terbangunlah 4
pilar yang kokoh untuk menopang keminderan Anda. Jadi jika saya formulasikan:
malas + tergantung + terjajah + pelit = minder.
REFLEKSI
Harapam mana yang Anda tumbuhsuburkan dalam hati Anda: “memberi atau
diber?”
AMBIL TINDAKAN
Tumbuhsuburkan harapan dan pupuk kemampuan untuk terus memberi dengan
kreatif dan intensif!
Komentar
Posting Komentar