Langsung ke konten utama

PENDORONG KESEJAHTERAAN HIDUP



 
Jika niat untuk hidup sejahtera adalah memiliki uang yang banyak, hal itu tidak akan memberikan dorongan jangka panjang dan kebaikan. Sebab saat sudah memiliki banyak uang, kekuatan motivasinya akan hilang  atau Anda akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang


Yuk sejenak, kita menyelam dengan penuh kejujuran: “apa tujuan kita bekerja?”, apa yang Anda cari dalam kerja keras Anda?”. Uang, jabatan, atau popularitas? Setelah mendapatkan ketiganya, masihkah Anda bersemangat dalam bekerja? Jika bukan untuk ke-3nya, lalu untuk apa? Silakan Anda selami sampai menemukan jawabannya.
Jawaban apa pun yang Anda temukan atas pertanyaan di atas, asal Anda bersedia jujur tidaklah sepenting dampak yang dihasilkan dari jawaban Anda. Izinkan saya pada bagian ini menggambarkan dampak yang ditimbulkan dari alasan Anda bekerja.
Saya membagi alasan bekerja kedalam 2 area, yaitu area eksternal kebendaan untuk memenuhi kebutuhan perut dan area internal kemuliaan untuk memenuhi kebutuhan jiwa. Yang termasuk ke dalam area eksternal adalah uang, jabatan dan popularitas. Sedanggkan yang masuk kategori internal adalah aktualisasi diri, pelayanan dan makna hidup. Sebagian besar orang motivasi kerjanya bersumber dari area eksternal. Itu wajar-wajar saja, asal bersifat sementara sampai pada level tertentu ia harus mengganti motivasi kerjanya ke area internal sehingga tidak hanya materi yang ia dapat melainkan juga kebahagiaan dan makna hidup.
Area Eksternal
1.    Uang
Saat belum atau hanya memiliki sedikit uang dan Anda begitu menginginkannya, Anda mampu bekerja dengan rajin, tekun dan bahkan lembur. Setelah uang di tangan dalam jumlah yang besar dan Anda mulai asyik membelanjakannya, Anda sudah mulai malas bekerja atau pun jika masih rajin, kenikmatan Anda dalam menghasilkan uang semakin berkurang.
2.    Jabatan
Jabatan atau kedudukan jika dilihat dari luar (orang yang belum menjabat) akan terlihat begitu nikmat. Bagaimana tidak? Si Penjabat kemana-mana dikawal, dihormati dan dilayani kebutuhannya. Bagaimana jika dilihat dari dalam (orang yang sedang menjabat), apakah sama? Saya tidak tahu, karena belum pernah menjabat. Namun setidaknya, kita bisa mengamati sebagian penjabat wajahnya tegang, sikapnya kaku, kalau bicara super hati-hati. Ini mencerminkan bahwa jabatan yang mereka duduki tidak senikmat penglihatan orang yang melihatnya atau mungkin malah membebani mereka.
Nah, jika motivasi kerja Anda karena adanya keinginan untuk menjabat atau memiliki kedudukan tertentu, saat belum menjabat bisa jadi Anda memiliki kinerja prima dan kepedulian tinggi. Namun setelah menjabat bisa jadi kinerja Anda & kepedulian Anda mulai turun. Atau jika Anda masih bekerja sama baiknya dengan sebelum menjabat, tapi beban kerja & hidup Anda akan bertambah berat.
3.    Popularitas
Bagaimana menjadi sosok yang populer. Wow menyenangkan sekali. Dimana-mana dikerumuni banyak fans. Ada yang minta foto bersama, tandangan dan minta wawancara. Namun benarkah demikian? Sampai tataran tertentu benar, namun jika hal-hal tersebut terus berlanjut melewati batas privasi, hal itu berubah menjadi kejengkelan karena terusiknya kehidupan pribadi orang yang populer.
Nah, jika Anda bekerja karena ingin meraih popularitas, bersiap-siaplah untuk menjadikan kehidupan pribadi Anda sebagai konsumsi publik. 

Area Internal
1.    Aktualisasi diri
Aktualisasi diri berlangsung sampai mati. Tanpa aktualisasi diri setiap potensi yang Anda miliki tidak pernah menjadikan Anda siapa pun. Sebaliknya dengan aktualisasi diri yang terus berlangsung, Anda akan terus tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter agung dan berkompetensi unggul.
.Nah, jika dorongan aktualisasi diri menggerakkan Anda untuk bekerja dengan lebih baik akan memberikan output berupa pertumbuhan pribadi di satu sisi dan kinerja prima serta produktivitas tinggi di sisi lainnya.
2.    Pelayanan
Setelah aktualisasi diri berlangsung kontinyu dan Anda tumbuh dalam kematangan mental, emosional, spiritual dan finansial, naikkan dorongan kerja Anda ke pelayanan. Ya, Anda bekerja bukan lagi untuk menghasilkan uang karena kebutuhan uang Anda telah terpenuhi dari aset yang sudah berhasil Anda bangun, juga bukan karena aktualisasi diri lagi karena Anda sudah bertumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan berkompetensi. Melainkan sebagai ungkapan syukur atas pencapaian materi dan pengembangan diri. Anda mempersembahkan kinerja dan hasil kerja Anda bagi kebaikan dan kemanfaatan banyak orang. Soal Anda nanti mendapatkan balasan atau tidak, sudah tidak Anda pikirkan lagi. Semua hasil sudah menjadi konsekuensi bagi setiap kinerja Anda.
Baik motivasi eksternal maupun internal, keduanya ada dalam diri kita. Ketiganya baik dengan takaran tertentu, urutan tertentu dan pada masa tertentu. Berikut ini dosis motivasi yang saya sarankan kepada Anda:
1.      Jika Anda masih memiliki kesejahteraan yang rendah, motivasi eksternal berupa uang jabatan, popularitas bisa dijadikan motivator yang utama dan dominan. Umumnya ini dilakukan oleh anak muda sebelum usia 40 tahun.
2.      Setelah Anda mampu mencapai ketiganya –uang, jabatan, popularitas, perdalam motivasi Anda ke motivator internal: aktualisasi diri, makna dan persembahan (ibadah) sehingga apa yang telah Anda capai bisa Anda nikmati dan memberikan dampak besar dan positif bagi kehidupan banyak orang.

REFLEKSI
Apa yang menjadi niat Anda dalam mewujudkan kesejahteraan sahabatku yang powerful?

AMBIL TINDAKAN
Teliti niat Anda, apakah uang menjadi tujuan Anda dalam meraih kesejahteraan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMPERBESAR WADAH REZEKI

Yang menyebabkan orang tetap miskin bukan karena sedikitnya rezeki yang Tuhan limpahkan, melainkan kecilnya wadah rezeki yang tidak mampu menampung nya , sehingga sisanya akan masuk ke wadah rezeki orang kaya yang lebih besar.

MENANGKAP LEBIH BANYAK REZEKI

  Setiap mentari bersinar di ufuk timur, Tuhan mencurahkan rezeki yang berlimpah. Namun, rezeki tersebut tidak jatuh sama banyak ke tangan setiap makhluk (manusia). Hanya manusia yang senantiasa menggunakan waktu, kesehatan, dan kecerdasannya untuk membagikan kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama, mampu menangkap rezeki lebih banyak.

MEMAHAMI SIKLUS REZEKI

Tuhan menurunkan rezeki ke bumi lalu dialirkannya melalui manusia yang berinteraksi untuk bertukar manfaat. Pertukaran itu menghasilkan kelimpahan yang pada akhirnya akan melahirkan rasa syukur yang terpanjat ke langit. Tuhan membalas syukur manusia itu dengan kembali menurunkan rezeki ke bumi.