Langsung ke konten utama

MENYUBURKAN SIKAP MEMBERI



 


Sikap memberi lahir dari kepedulian yang tinggi, bukan dari kepemilikan yang besar

            Banyak yang beralasan saya miskin dan tidak punya apa-apa. Bagaimana saya bisa memberi, mau memberi apa? Harusnya akulah yang menerima bantuan. Atau saya akan mulai rajin memberi kalau sudah diterima kerja, kalau sudah naik pangkat atau nanti saja kalau sudah pensiun, itung-itung untuk membeli tiket masuk surga, kan sebentar lagi gue akan tinggal di sana.
            Dari hasil pengamatan saya di lapangan (maksudnya dalam kehidupan sehari-hari, bukan lapangan sepak bola, he...), sikap memberi itu lahir dari tingginya kepedulian bukan dari tingginya materi. Dicatat, digaris bawahi dan distabilo ya: “SIKAP MEMBERI LAHIR DARI KEPEDULIAN YANG TINGGI BUKAN DARI KEKAYAAN MATERI”. Artinya, jika Anda memiliki kepedulian yang tinggi, ada tidak ada materi tetap memberi, karena sudah menjadi kebiasaan Anda.
            Yuk, cermati tabel berikut ini!
KEPEMILIKAN
KEPEDULIAN
KEHIDUPAN
Besar
Tinggi             
Dermawan
Besar  
Rendah
Kikir
Kecil   
Tinggi             
Sosialis           
Kecil               
Rendah           
Pengemis
                                                                                   
            Setelah saya berhasil menikahkan KEPEMILIKAN materi dengan KEPEDULIAN, maka lahirlah 4 anak mereka, yang diberi nama: Dermawan, Si Kikir, Si Sosialis dan Pengemis.
            Yuk pahami sifat-sifat mereka:
1.        Dermawan
     Anak pertama yang lahir bernama Dermawan. Ia memiliki materi yang berlimpah dalam bentuk pendapatan yang lebih dari cukup, sarana pemenuhan hidup yang tergolong mewah seperti rumah, mobil, dan sarana penunjang lainnya yang menjadidikan hidup mudah dan nyaman untuk dijalani.
     Di sisi lain, si Dermawan ini memiliki kepedulian yang tinggi pada nasib orang-orang yang tidak beruntung. Ini ditunjukkan dengan sering menjambangi panti asuhan untuk secara periodik memberikan santunan, menyumbang korban bencana alam, memberikan pengobatan gratis, dan menyekolahkan puluhan anak yang tidak mampu, tentunya disamping zakat harta dan pajak penghasilan yang ia bayarkan sesuai dengan ketentuan.

2.        Si Kikir
     Anak kedua memiliki sifat yang bertolak belakang dengan anak pertama. Meski memiliki kateri yang berlimpah seperti kakaknya, namun si kikir ini tidak memikiki kepedulian setinggi kakaknya. Baginya, harta yang telah didapatkannya dengan cucuran darah dan air mata (wow seram amat ya) terlalu sayang untuk diberikan kepada orang yang tidak dikenalnya dan tidak bekerja sekeras ia bekerja.
     Ya, meski terkadang si kikir ini ikut menyumbang, itu hanya formalitas untuk mengikuti arus saja. Tak ada dampak yang lebih besar dari sumbangannya. Namanya juga buat formalitas, yang penting kelihatan nyumbang, itulah sifat si kikir.

3.        Si Sosialis
     Anak ketiga bernama Si Sosialis. Yang ini mengikuti sifat kakanya si dermawan dalam hal memberikan kepedulian, hanya saja dalam hal materi ia tidak memiliki cukup banyak seperti kakaknya tersebut. Ia aktif menjadi koordinator dalam kegiatan sosial untuk membantu orang-orang yang tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan mereka atau menyelesaikan problemnya.
     Meski tidak memiliki harta yang besar,  hal itu tidak menghalanginya untuk turun ke jalan membantu meringankan beban sesama. Ia menggunakan dana orang-orang yang mampu untuk digunakannya secara amanah.

4.        Pengemis
     Anak ke-4 ini yang memiliki perpaduan sifat paling memprihatinkan. Bagaimana tidak, sudah miskin harta miskin kepedulian lagi. Hidup dijalani dengan mengasihani diri dan meminta belas kasihan orang dengan menengadahkan tangan kepada orang yang dilaluinuya sambil berujar: “Pak/Bu, kasihanilah saya, saya belum makan selama 3 hari”. Saat Anda bertemu dengan anak ke-4 ini, bagaimana perasaan Anda dan apa yang akan Anda lakukan pada mereka? “Maaf, gak ada uang receh” atau Anda memberikan uang untuk mengusirnya atau memberikan uang untuk membeli makanannya.
            Kehidupan tentunya tidak seektrim 4 sifat di atas, tapi merupakan perpaduan/kombinasi dari ke-4nya. Misalnya ada pengemis yang peduli. Ada sosialis yang kaya. Ada si miskin yang kikir. Pokoknya kompleks deh. Keempat anak di atas hanya untuk menjadikan ajuan dasar saja, bukan untuk memberikan gambaran kehidupan secara utuh. Yang jelas tidak mungkin kehidupan digambarkan hanya dalam selembar kertas. Terlalu sempit brow sebab kehidupan tak seluas daun kelor.

REFLEKSI
Sebesar dan sebaik apa kepedulian yang Anda miliki pada kesulitan yang dihadapi orang lain?

AMBIL TINDAKAN
Tumbuhsuburkan kepedulian Anda dan tindaklanjuti dengan tindakan nyata!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMPERBESAR WADAH REZEKI

Yang menyebabkan orang tetap miskin bukan karena sedikitnya rezeki yang Tuhan limpahkan, melainkan kecilnya wadah rezeki yang tidak mampu menampung nya , sehingga sisanya akan masuk ke wadah rezeki orang kaya yang lebih besar.

MENANGKAP LEBIH BANYAK REZEKI

  Setiap mentari bersinar di ufuk timur, Tuhan mencurahkan rezeki yang berlimpah. Namun, rezeki tersebut tidak jatuh sama banyak ke tangan setiap makhluk (manusia). Hanya manusia yang senantiasa menggunakan waktu, kesehatan, dan kecerdasannya untuk membagikan kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama, mampu menangkap rezeki lebih banyak.

MEMAHAMI SIKLUS REZEKI

Tuhan menurunkan rezeki ke bumi lalu dialirkannya melalui manusia yang berinteraksi untuk bertukar manfaat. Pertukaran itu menghasilkan kelimpahan yang pada akhirnya akan melahirkan rasa syukur yang terpanjat ke langit. Tuhan membalas syukur manusia itu dengan kembali menurunkan rezeki ke bumi.