9
dari 10 pintu rezeki ada pada perniagaan. Artinya kesempatan terbesar dan
termudah untuk hidup lebih sejahtera ada pada bisnis. Menjalankan bisnis dengan amanah dan
profesional akan
mampu membukakan
pintu rezeki yang lebar untuk didatangi bala tentara uang dari berbagai penjuru
atas izin Tuhan Yang Maha Kaya
Mengapa
Sang Nabi mengatakan bahwa lebih mudah sejahtera dengan menjadi pebisnis
dibandingkan dengan menjadi karyawan, profesional atau investor?
Izinkan dalam manajemen #3 ini saya menjawabnya untuk
Anda. Mari kita perhatikan tabel yang membandingkan 4 pintu penghasil income (5
pintu yang lain temukan sendiri ya!), yaitu karyawan, pebisnis, profesional,
dan investor.
Pembeda
|
Karyawan
|
Profesional
|
Pebisnis
|
Investor
|
Memulainya
|
Pendidikan tinggi yg membutuhkan dana besar
|
Pendidikan + keahlian tinggi = dana besar sekali
|
Pendidikan dasar, sedikit uang
|
Uang yang banyak
|
Kenaikan kesejahteraan
|
Waktu lama, kenaikan sedikit sering kalah dengan
inflasi
|
Relatif cepat, jika banyak yang menggunakan jasanya
|
Cepat, jika produk/jasa bisa menjangkau pasar yang luas
|
Relatif lama, tergantung instrumen investasinya
|
Risiko gagal
|
Kecil, asal mengikuti semua ketentuan yang berlaku
|
Kecil, jika tidak ada lagi orang yang menggunakan
jasanya
|
Besar, banyak bisnis yang tutup di 4 tahun pertama
|
Sedang-besar, tergantung instrumen investasinya
|
Saat pensiun
|
Penghasilan kerja terputus
|
Penghasilan kerja terputus
|
Masih tetap berpenghasilan, selama bisnisnya masih
jalan
|
Tetap berpenghasilan selama asetnya produktif
|
Sudahkah Anda menemukan jawaban dengan membaca tabel di
atas, mengapa dengan berbisnis lebih mudah untuk sejahtera dibandingkan dengan
cara lain? Jika belum atau masih ragu, mari kita urai isi tabel tersebut!
1.
Karyawan
A. Memulainya
Untuk menjadi karyawan syarat pertama
yang harus dipenuhi adalah memiliki IJAZAH. Ya, ijazah di zaman sekarang
menjadi perburuan banyak orang untuk bisa mendapatkan pekerjaan baik di instansi
pemerintah maupun perusahaan negara dan swasta. Tentunya untuk bisa mendapatkan
ijazah yang asli Anda harus menempuh pendidikan untuku masa yang cukup lama 4-5
tahun untuk mendapatkan ijazah sarjana (S1).
Selama menempuh pendidikan tersebut
Anda bisa menghitung berapa uang yang harus dikeluarkan. Sebagai gambaran
kasarnya, mari kita asumsikan sebagai berikut:
SPP 8 semester: 8 x
Rp 1.500.000,00 = Rp 12.000.000,00
Kos 4 tahun: 4 x 12 x Rp 300.000,00 = Rp 14.400.000,00
Makan 4 tahun: 4 x 12 x Rp 500.000,00 = Rp 24.000.000,00
Lain-lain 4 tahun: 4 x 12 x Rp 200.000,00 = Rp 9.600.000,00
TOTAL BIAYA Rp 60.000.000,00
Apakah Anda tercengang setelah melihat
angka di atas? Angka tersebut belum termasuk biaya praktikum, wisuda, pelatihan
atau kursus yang harus diikuti mahasiswa dan kegiaran organisasi mahasiswa baik
ekstra maupun intrakampus dan biaya lain-lain yang diminta pihak kampus
(Sumbangan Pengembangan Institusi misalnya).
Sudah bukan rahasia umum lagi untuk
mendapatkan selembar ijazah sarjana dibutuhkan modal yang tidak sedikit.
Padahal setelah ijazah di tangan tidak ada perusahaan yang menjamin akan
merekrutnya menjadi karyawan.
Jadi, untuk menjadi karyawan itu mudah
atau susah?
B. Kenaikan
Kesejahteraan
Sumber
kesejahteraan bagi karyawan yang utama adalah dari gaji. Kenaikan gaji tidak
dilakukan setahun sekali, padahal pertahun terjadi angka inflasi. Jika
diasumsikan inflasi pertahun 10%, sementara kenaikan gaji baru dilakukan 2
tahun sekali dan hanya naik 10%, secara riil justru terjadi penurunan gaji.
Dengan kalimat yang sederhana kenaikan gaj tidak bisa mengimbangi kenaikan
harga di pasar.
Jadi, bagaimana
kenaikan kesejahteraan bagi karyawan, besar atau kecil? Cepat atau lambat?
C. Risiko
Gagal
Seorang PNS sebatas disiplin dalam
mematuhi aturan akan aman dari pemecatan. Demikian pula karyawan di perusahaan
yang tidak melakukan kesalahan besar aman-aman saja. Alias gaji tetap lancar
diberikan setiap bulan. Kecuali jika perusahaan mengalami kebangkrutan atau
kerugian maka karyawan akan dirumahkan atau di-PHK.
Risiko lain bagi seorang karyawan atau
pegawai yang gagal melaksanakan tugas biasanya akan dikirm ke daerah yang
terpencil atau ditugaskan ke pelosok.
Jadi, bagaimana risiko yang dihadapai
karyawan, besar atau kecil, ringan atau berat?
D. Saat
pensiun
Menjelang pensiun
seorang PNS akan menerima dana pensiun yang besarnya 80% dari gaji terakhir.
Itu pun jika belum terjadi penggantian kebijakan, dimana dana pensiun dihapuskan
dan diganti pesangon sekali saja seperti yang berlaku di BUMN.
Bagi karyawan atau
pegawai yang pandai mengelola uang dan mampu mengendalikan ego belanja, dana
pesangon itu bisa dijadikan modal usaha atau untuk membeli aset kertas atau
properti sehingga mampu memberikan pasif income yang mampu menopang biaya
hidupnya tanpa kerja. Jika kondisi seperti ini yang terjadi, maka masa pensiun
mendatangkan nikmat.
Sebaliknya jika ia tidak
mampu mengelola uang pesangon dengan baik dan terseret oleh ego untuk belanja,
maka sering kali dana itu habis untuk membeli gaya hidup seperti mobil, perabot
rumah tangga yang tiap bulan mengalami penyusutan nilai. Sementara dana
pesangon sudah habis, pendapatan tidak punya lagi. Sekarat deh jadinya.
Jadi, bagaimana
nasib pensiunan karyawan atau pegawai, melarat sekarat atau sejahtera bahagia?
2.
Profesional
A. Memulainya
Untuk menjadi seorang profesional
seperti dokter, pengacara dan akuntan tidak hanya wajib untuk menempuh
pendidikan akademis tinggi minimal sarjana (S1), namun juga harus mengambil
pendidikan profesi yang menelan biaya mahal. Mengapa? Karena seorang
profesional harus ahli di bidangnya dan mendapat pengakuan nasional atau
internasional atas keahliannya tersebut.
Jadi investasi awal untuk menjadi
seorang profesional akan lebih mahal dari seorang karyawan.
B. Kenaikan
Kesejahteraan
Di awal karirnya
seorang profesional yang belum dikenal masyarakat memiliki tingkat
kesejahteraan yang pas-pasan, artinya penghasilan yang didapat hanya cukup
untuk menutup operasional pelayanan yang diberikan. Namun seiring dengan
dikenalnya nama dan perannya, maka akan semakin membanjir orang yang
menggunakan jasanya. Alhasil kesejahteraan pun segera melesaat. Berapa lama
waktu yang dibutuhkan profesional untuk melejitkan penghasilannya? Bisa cepat,
kurang dari 1 tahun atau lambat lebih dari 3 tahun, atau bahkan bisa tidak
melesat sama sekali lalu memutuskan diri untuk bekerja di sebuah perusahaan
yang menggunakan jasanya. Hal ini tergantung dari tingkat kredibilitas dan
reputasinya di mata masyarkat dan bagaimana ia mengenalkan diri dan jasanya.
C. Risiko
Gagal
Dengan menjadi seorang profesional
sebagai jalan untuk menjemput rezeki, Anda memiliki 2 jenis risiko kegagalan. Pertama, pada saat menempuh pendidikan
akademik dan profesi (keahlian). Tingkat kegagalannya menengah sampai tinggi.
Anda harus lulus. Kedua, saat Anda
mulai membuka praktik untuk menawarkan jasa. Tingkat kegagalannya relatif
kecil. Hal itu terjadi saat pertama kali buka praktik, nama Anda belum dikenal
oleh masyarakat. Seiring perjalanan waktu jika Anda mampu menaikkan reputasi
Anda, maka bersiap-siaplah untuk kebanjiran client. Jika masih sepi juga
pindahlah ke daerah dimana jasa yang Anda berikan masih tergolong langka di
sana.
D. Saat
Pensiun
Ketika pensiun
menjelang, terputuslah aliran penghasilan Anda. Sebab penghasilan itu bersumber
dari pelayanan yang Anda berikan. Oleh karena itu penting sekali bagi para
profesional untuk menciptakan pendapatan pasif dari investasi saat masih
menjalankan profesinya. Caranya yaitu dengan menyisihkan diawal 15% dari
pendapatan untuk berinvestasi: membeli properti untuk disewakan, membeli
reksadana, obligasi, saham, emas atau membangun perusahaan sendiri yang
berhubungan dengan keahliannya. Tersedia banyak pilihan untuk menciptakan passive
income bagi seorang profesional.
3.
Pebisnis
A. Memulainya
Jika Anda dengan sadar menentukan
pilihan untuk menjadi pebisnis atau terpaksa karena tidak mendapatkan pekerjaan
di perusahaan atau instansi, maka pastikan Anda memiliki pendidikan dasar
berupa keterampilan berhitung dan bahasa yang ditunjang dengan keterampilan
dalam bergaul plus sedikit uang untuk mendanai operasional awal usaha Anda.
B. Kenaikan
Kesejahteraan
Dalam ranah bisnis
kesejahteraan paling cepat diraih bila dibandingkan bidang lain –menjadi karyawan,
profesional maupun investor. Hal itu terwujud ketika produk/jasa Anda telah
menjangkau pasar yang luas dan digunakan oleh sebagain besar masyarkat secara
kontinyu.
C. Risiko
Gagal
Sisi lain dari
bisnis yang mengimbangi perolehan kesejahteraan yang cepat adalah risiko yang
tinggi untuk gagal. Statistik mancatat banyak bisnis (sekitar 90%) yang tutup
di 4 tahun pertama. Diempat tahun kedua, dari 10% yang masih buka 90% mampu bertahan hidup dan hanya sisanya yang
bisa terus tumbuh dan berkembang.
Sahabatku yang
powerful, risiko ini lahir dari ketidaktahuan dan tidak terampilnya si
pengusaha dalam mengelola bisnis. Ketidaktahuan ini merupakan buah dari
kemalasan kita untuk terus belajar dan tumbuh sebab sering kita dinyamankan
dengan kondisi yang sudah stabil. Sebaliknya dengan selalu belajar dan terus
mengasah keterampilam serta memperluas wawasan, maka kita memiliki kemampuan
untuk mengontrol risiko. Risiko yang dikontrol justru membuahkan keuntungan.
Berani mengontrol risiko?
D. Saat
Pensiun
Saat usia sudah
lanjut dan Anda ingin pensiun dari aktivitas bisnis untuk menjalankan aktivitas
lain –olah spiritual misalnya yang lebih menarik perhatian Anda, maka bisnis
yang telah Anda rintis, tumbuh dan kembangkan bisa diwariskan kepada anak dan
tetntunya Anda masih tetap berpenghasilan, selama bisnisnya masih jalan. Enak
bukan? Meski sudah tidak aktif bekerja, namun Anda sebagai seorang pebisnis
tidak menggantungkan pemenuhan kebutuhan Anda kepada anak atau orang lain.
Siapa yang mau?
4.
Investor
A. Memulainya
Berbeda dengan membangun bisnis yang
bisa dilakukan dengan sedikit uang atau tanpa uang alias modal dengkul, kegiatan
investasi mengharuskan Anda memiliki sejumlah uang yang cukup banyak sebagai
modal yang harus Anda investasikan pada instrumen investasi tertentu sesuai
dengan tujuan keuangan Anda. Namun, saya mengingatkan kepada Anda, sebelum Anda
menginvestasikan UANG Anda, investasikanlah dulu WAKTU Anda untuk belajar
tentang bisnis dan investasi jika Anda tidak ingin kehilangan uang yang telah
Anda investasikan.
B. Kenaikan
Kesejahteraan
Pada umumnya return
of investment (hasil dari investasi) baru bisa dinikmati dalam kurun waktu yang
lama –di atas satu tahun. Misalnya, kenaikan pharga properti atau surat
berharga tidak bisa cepat dalam hitungan bulan. Hal itu tidak menjadi problem,
sebab mereka yang telah masuk ke ranah
investasi umumnya orang yang sudah memiliki kesejahteraan tinggi atau sudah
mempunyai multi income.
C. Risiko
Gagal
Risiko untuk rugi dalam berinvestasi
cukup tinggi. Tergantung jenis instrumen investasi yang digunakan. Jika Anda
berinvestasi di properti risiko ruginya hampir tidak ada, sebab hampir di
setiap daerah harga properti turus naik. Investasi emas juga stabil. Yang
berisiko tinggi adalah investasi di saham, sebab nilainya mudah mengalami
fluktuasi (naik turun). Di atas itu semua, yang paling berisiko adalah ketika
Anda berinvestasi suatu instument sedangkan Anda tidak memiliki pengetahuan
yang cukup tentang instrument tersebut. Jadi, risiko terbesar adalah
ketidaktahuan atau kebodohan Anda.
D. Saat
Pensiun
Pastikan ketika Anda berinvestasi pada
beberapa instrument yang Anda pilih mampu tumbuh menjadi aset yang produktif.
Dengan begitu ia mampu terus menghasilkan uang ke kantong Anda sehingga tanpa
kerja pun Anda bisa hidup makmur. Sebab uang Anda telah bekerja keras untuk
Anda. Selamat, Anda telah berhasil mempekerjakan uang dengan baik.
REFLEKSI
Sudahkah Anda membuka bisnis dan mengelolanya dengan
amanah dan profesional?
AMBIL
TINDAKAN
Bukalah
bisnis. Jika Anda seorang karyawan atau profesional belajarlah untuk
berwirausaha atau berpartnerlah dengan seorang entrepreneur sejati untuk
membangun bisnis. Jika Anda sudah memiliki bisnis, kembangkan secara amanah dan
profesional.
Komentar
Posting Komentar