Langsung ke konten utama

MEMBERI ADALAH MAGNET




Memberi adalah magnet. Menerima adalah besinya. Sebab memberi adalah wujud fisik dari mental kelimpahan, yaitu mental yang mampu menarik kekayaan untuk mengalirkannya kembali sehingga aliran rezeki di semesta berjalan lancar




Memberi = magnet. Menerima = besi. Magnet menarik besi. Memberi menarik penerimaan. Sederhana sekali, namum mampukah Anda menerapkannya secara konsisten, sahabatku yang powerful? Arus atau aliran rezeki berjalan dalam rangkaian pemberian dan penerimaan yang harmonis. Saat Anda memberi banyak, akan ada banyak aliran penerimaan rezeki menuju ke Anda. Sebaliknya, saat Anda memberi sedikit, hanya ada penerimaan kecil yang mengalir ke Anda. Anda tidak kuasa untuk mengubah aliran rezeki di semesta, Anda hanya bisa mengikuti, menjalani dan mematuhi “ATURAN MAIN” aliran rezeki yang sudah harmonis tersebut.
Ingin tahu aturan yang berlaku dalam aliran rezeki. Simak yang satu ini!
ATURAN MAIN DALAM  ALIRAN REZEKI
1.    Yang memberi kebaikan akan menerima kebaikan dan sebaliknya yang memberi keburukan akan menerima keburukan
2.    Yang memberikan keuntungan akan menerima keuntungan dan sebaliknya yang memberi kerugian akan menderita kerugian
3.    Yang memberi banyak akan menerima banyak dan sebaliknya yang memberi sedikit akan menerima sedikit.

Sungguh adil. Namun benarkah kenyataannya demikian? Mengapa “air susu berbalas air tuba” masih sering terjadi? Yuk perluas pemahaman kita untuk bisa memahami realitas air susu dibalas dengan air tuba tersebut!


1.        Pahami dengan baik berlakunya hukum konsekuensi.
Setiap aksi mendatangkan reaksi. Setiap pemberian menciptakan penerimaan. Segalanya terbalas dengan adil dalam hal kuantitas (jumlah/takaran) maupun kualitas (jenis aksi: baik atau buruk).

2.        Berdasarkan hukum konsekuensi pada point 1, maka Air tuba yang Anda terima setelah memberikan air susu merupakan balasan atas air tuba yang pernah Anda berikan dulu namun Anda belum mendapatkan balasannya saat itu.
Jadi tidak ada perbuatan buruk yang bisa lebur tanpa harus mendapatkan balasan terlebih dulu. Setiap perbuatan negatif akan dimintai pertanggungjawabannya meski Anda sudah menyesal dan bertaubat. Anjuran untuk mengikutkan kebaikan setelah Anda berbuat yang negatif atau melakukan kejahatan dimaksudkan agar setelah Anda mendapat hukuman atas kejahatan Anda (menerima air tuba), kebaikan akan segera menyelimuti hidup Anda sebagai buah dari penyertaan perbuatan baik setelah Anda melakukan keburukan atau dosa.

3.        Ada kebaikan yang tersamar/terselubung di dalam keburukan.
Sering sekali potensi kebaikan terbungkus oleh kejadian hidup atau balasan bahkan pemberian yang sering kita lihat buruk atau penghinaan. Sebagia contoh: Droup Out dari kampus adalah suatu kejadian hidup yang buruk, buah dari strategi belajar yang salah atau tidak disiplinnya mahasiswa dalam menjalani proses perkuliahan. Namun di dalamnya mengandung potensi untuk menjadi seorang entrepreneur tangguh (misal Bill Gates) atau penulis & motivator (misal Edi Susanto).
Saat Anda menerima paket dan setelah dibuka ternyata isinya (maaf) tahi sapi, Anda melihatnya sebagai kotoran yang menjijikkan, namun didalamnya terkandung pupuk yang menyuburkan. Yuk, lihat dengan lebih luas (terhubung dengan hal lain) dan lebih dalam (potensi kebaikan yang terkandung di dalamnya) dari setiap kejadian atau kondisi buruk yang kita alami dan bingkailah dengan rasa syukur, niscaya semua hal yang buruk akan membaikkan masa depan kita.




REFLEKSI
Apakah mentalitas kekayaan sudah terinstal dengan sempurna dalam pikiran Anda sahabatku yang powerful?

AMBIL TINDAKAN
Instalkan mentalitas kelimpahan ke dalam pikiran Anda!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMPERBESAR WADAH REZEKI

Yang menyebabkan orang tetap miskin bukan karena sedikitnya rezeki yang Tuhan limpahkan, melainkan kecilnya wadah rezeki yang tidak mampu menampung nya , sehingga sisanya akan masuk ke wadah rezeki orang kaya yang lebih besar.

MENANGKAP LEBIH BANYAK REZEKI

  Setiap mentari bersinar di ufuk timur, Tuhan mencurahkan rezeki yang berlimpah. Namun, rezeki tersebut tidak jatuh sama banyak ke tangan setiap makhluk (manusia). Hanya manusia yang senantiasa menggunakan waktu, kesehatan, dan kecerdasannya untuk membagikan kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama, mampu menangkap rezeki lebih banyak.

MEMAHAMI SIKLUS REZEKI

Tuhan menurunkan rezeki ke bumi lalu dialirkannya melalui manusia yang berinteraksi untuk bertukar manfaat. Pertukaran itu menghasilkan kelimpahan yang pada akhirnya akan melahirkan rasa syukur yang terpanjat ke langit. Tuhan membalas syukur manusia itu dengan kembali menurunkan rezeki ke bumi.